AKU mencintai Mas Janus dengan sepenuh hati.
Tapi mengapa semuanya ini harus terjadi? Bisakah aku disalahkan, sedangkan
semua yang telah kualami adalah “hasil karya” suamiku sendiri?
Aku harus jujur mengakuinya bahwa aku telah menikmati semuanya, meski dengan
perasaan bersalah. Tadinya kuanggap semuanya itu gila. Tapi ternyata ada greget
yang luar biasa, yang menimbulkan nikmat dan sensasi luar biasa.
Aku masih ingat benar waktu terjadinya petualangan di villa Benny itu, aku
kaget sekali setelah menyadari bahwa yang sedang menyetubuhiku adalah Benny,
bukan suamiku. Aku juga kaget ketika melihat suamiku sedang menyetubuhi Yayuk.
Oh my God! Apa yang sedang terjadi ini? Tapi lalu kusadari bahwa semuanya itu
direncanakan oleh mereka, oleh Benny dan suamiku. Sedangkan batang kemaluan
Benny sudah telanjur berada di dalam liang kemaluanku, aku sudah telanjur
merasakan nikmatnya entotan Benny yang memang lebih panjang dan lebih besar
daripada punya suamiku. Akhirnya aku memejamkan mata dan mulai menikmatinya dengan
perasaan melayang-layang.
Tetapi kreativitas sex Mas Janus tak berhenti sebatas itu saja. Pada suatu hari
dia mengungkapkan rencana baru, yaitu niatnya untuk menjebak orang lain untuk
menggauliku dan ia sendiri akan mengintipnya. Menurutnya hal itu akan membangkitkan
nafsunya yang luar biasa. Lalu kuusulkan orang lain itu Troy, adik Mas Janus
sendiri. Ternyata usulku disetujui, meski dengan sedikit sindiran bahwa aku
seneng brondong.
Rencana itu jelas mendebarkan. Meski buat orang lain mungkin merupakan hal yang
aneh dan tak masuk di akal. Tapi aku sendiri merasakan hal yang sama, ketika
melihat suamiku sedang menyetubuhi Yayuk, perasaanku dibakar cemburu, tapi lalu
kulampiaskan kecemburuanku dengan meladeni Benny seedan mungkin. Dan rasanya
luar biasa. Belum pernah kurasakan hubungan sex senikmat itu.
Lalu terjadilah sesuatu yang merupakan wujud dari rencana suamiku sendiri.
Bahwa Troy masuk ke dalam perangkapku.
Apakah Troy lebih dominan memberikan kepuasan padaku? Tentu saja. Dia Masih
bujangan. Zakarnya terasa keras sekali waktu membenam ke dalam liang
kemaluanku. Dan gesekan-gesekannya terasa begitu mantap…lebih mantap daripada
suamiku.
Tapi apakah dengan peristiwa-peristiwa edan itu cintaku pada Mas Janus mulai
pudar? Tidak! Aku malah semakin mencintainya, karena dia telah menciptakan
sesuatu yang membuat kepuasan luar biasa padaku.
Malam itu Troy sampai tiga kali ejakulasi, karena baru sebentar istirahat dari
ejakulasi pertama, zakarnya kembali menegang. Dan persetubuhan yang ketiga
kalinya adalah hasil rangsanganku, membuat dia bersemangat menyetubuhiku untuk
ketiga kalinya.
Aku tahu bahwa semua yang kulakukan dengan Troy disorot oleh kamera cctv dan
dimonitor oleh suamiku. Dan semuanya itu memang kehendak suamiku sendiri. Tapi
setelah Troy keluar dari kamarku, setelah aku selesai membersihkan vegyku di
kamar mandi, Mas Janus tak muncul juga. Lebih dari sejam aku menunggu, dia tak
muncul-muncul. Apakah dia ketiduran di kamar monitoring itu?
Aku jadi serba salah. Mau mengetuk pintu gudang, takut dia lagi asyik melakukan
sesuatu. Yah, akhirnya aku rebahan dengan tubuh lemas, karena tenagaku seperti
dikuras waktu meladeni Troy tadi.
Menjelang subuh, ketika aku sudah tidur nyenyak, terdengar pintu kamar dibuka,
suamiku masuk.
Karena masih terkuasai alam tidur, aku bertanya lemah, “Kok baru masuk? Tadi
ngapain aja?”
Suamiku mencium pipiku sambil berbisik, “Jangan marah ya…tadi aku ke rumah
Benny.”
“Terus?” tanyaku sambil menggesek mataku.
“Janji dulu, kamu gak marah ya.”
“Iya janji. Ngapain ke rumah Benny?”
“Mmm…Yayuk ngajak…karena Benny lagi ke Medan…”
“Pantesan…” cetusku sambil mencubit lengan suamiku, “Asyik dong…”
Suamiku cuma nyengir, lalu katanya, “Kamu juga kan asyik sama si Troy tadi…”
“Jadi Mas gak nonton aku sama Troy tadi?”
“Nonton sebentar, terus pergi diam-diam. Tapi semuanya kan direkam. Nanti bisa
kutonton rekamannya.”
“Ih…nanti kalau Benny juga ngajak aku diam-diam gimana?”
“Mau balas dendam? Hahaha…gakpapa. Yang penting laporan sama aku. Kan aku juga
laporan bahwa tadi aku sama Yayuk.”
“Ih…kita kok jadi begini Mas?”
“Kamu nyesel? Jangan nyesel dong, tenang aja lagi.”
Subuh itu suamiku tidak melakukan apa-apa padaku. Mungkin dia sudah kecapean
menyetubuhi Yayuk. Tapi aku sendiri juga masih lemas karena habis melayani adik
iparku yang masih sangat tangguh itu.
SETELAH suamiku berangkat kerja, seperti biasa aku mandi di bawah semburan
shower air hangat. Rasanya ingin membersihkan tubuh sebersih mungkin. Entah
kenapa. Selesai mandi aku berias dulu di depan cermin rias, kemudiankeluar dari
kamarku dengan hanya mengenakan kimono.
Kulihat pintu kamar tamu masih tertutup. Kamar itu dipakai oleh Troy. Sudah
sesiang ini dia belum bangun? Kucoba memutar handle pintu kamar itu, ternyata
tidak dikunci. Diam-diam aku masuk ke dalam. Sambil menutupkan kembali pintu
dari dalam, kulihat Troy masih nyenyak tidur tanpa selimut. Dia hanya
mengenakan celana dalam dan kaus t-shirt sambil memeluk bantal guling. Selimut
tergeletak di sampingnya. Apakah dia tidak kedinginan?
Dengan hati-hati aku merayap ke sisinya. Aneh, hasrat birahiku berkobar lagi.
Padahal tadi malam aku sudah dipuasi oleh adik iparku ini. Lalu kalau pagi ini
terjadi lagi seperti yang tadi malam, apakah Mas Janus takkan marah? Ah,
bukankah suamiku mengizinkanku untuk melakukannya, asalkan nanti laporan padanya?!
Entahlah kenapa aku jadi begini bergairah, begini binalnya untuk mendapatkan
kepuasan seksual di pagi ini. Tapi Troy masih tidur pulas, sampai tidak
menyadari bahwa tanganku sudah menyelinap ke dalam CDnya, sudah menggenggam
batang kemaluannya yang masih sangat lemas. Dan kuremas-remas dengan lembut
sesuatu yang tadi malam sangat memuaskanku itu. Aku mulai gemas, kusembulkan
zakar Troy dari celah CDnya, lalu tanpa ragu lagi kudekatkan wajahku ke zakar
yang masih terkulai lesu itu. Gap…mulai kukulum dan kumainkan ujung lidahku
untuk mengelus puncak batang kemaluan Troy.
Dengan penuh semangat kuselomoti batang kemaluan Troy yang perlahan-lahan mulai
membesar dan memanjang….terdengar suara nafas Troy, pertanda mulai
bangun…batang kemaluannya pun mulai bangun, mengeras dengan gagahnya!
Lalu terdengar suara Troy mendesah, “Oo…oooh…mbak…oooh…ini enak sekali….oooh….”
Tanpa pikir panjang lagi kulepaskan kimonoku, langsung
telanjang bulat karena tak mengenakan pakaian dalam…hmm..semuanya sudah
dipersiapkan! Lalu kutarik CD Troy, sehingga zakarnya yang sudah berdiri dengan
gagah itu tak tertutup apa-apa lagi. Kemudian kudorong dadanya supaya
terlentang. Lalu aku merangkak ke atas tubuhnya sambil mengarahkan batang
kemaluannya supaya ngepas menekan liang kemaluanku yang sudah membasah dengan
lendir libido ini.
Lalu kuturunkan pinggulku, sehingga perlahan tapi pasti zakar Troy membenam ke
dalam liang veggyku. Oh, gila, rasanya aku horny banget pagi ini.
Aku menelungkup setelah menanggalkan t-shirt Troy. Lalu mulai aktif, menaik
turunkan
pinggulku dengan goyangan yang sudah terlatih. Dengan sendirinya batang
kemaluan Troy dibesot-besot oleh dinding liang kenikmatanku.
Troy terengah-engah sambil memeluk pinggangku erat-erat. Membuatku makin
bersemangat untuk menggenjot pinggulku, oh, rasanya enak sekali pergeseran
antara dinding liang kenikmatanku dengan batang penis Troy yang gagah perkasa
itu.
SAMPAI Troy meninggalkan rumahku, rahasia itu tetap kujaga. Troy tidak
kuberitahu bahwa semuanya itu “hasil karya” abangnya sendiri. Aku tetap ingin
menjaga image suamiku dan aku sendiri, agar jangan dicap pasangan psikopat.
Memang semuanya seolah hanya bisa dilakukan oleh sepasang suami-istri yang
psikopat. Tapi aku sudah mulai menikmatinya, sudah mulai memahami jalan pikiran
suamiku, bahwa semuanya ini mendatangkan kenikmatan yang luar biasa, sekaligus
menghilangkan kejenuhan.
Hari demi hari berlalu. Apa yang kucemaskan tidak terjadi. Aku dan Mas Janus
enjoy-enjoy saja menempuh rumah tangga, tanpa badai yang berarti. Bahkan
anehnya sikap Mas Janus makin ramah dan lembut padaku. Jadi tiada alasan bagiku
untuk mempertentangkan pendiriannya. Bahkan dengan jujur harus kuakui bahwa aku
enjoy dengan semuanya ini. Dan setuju dengan kata-katanya, “Daripada selingkuh
di belakang, mending selingkuh terang-terangan begini. Yang penting semuanya
harus under control. Jangan jadi liar.”
Memang semua yang telah terjadi dengan Troy kulaporkan kepada suamiku, sebagai
tanda masih under control. Dan suamiku malah tersenyum, tiada ekspresi
kemarahan sedikit pun. Bahkan semakin hangat dia memperlakukanku sebagai istri
syah dan ibu dari anaknya.
Lalu semuanya berjalan seperti biasa. Tanpa gejolak yang berarti dalam rumah
tanggaku. Sampai pada suatu malam…ketika aku pulang arisan ibu-ibu di
lingkunganku, kulihat Mas Janus tersenyum-senyum sambil memelukku. Dan berbisik
ke telingaku, “Aku lagi bergairah sekali sekarang ini sayang.”
Biasanya kalau mau bersetubuh dengan Mas Janus, aku suka ke kamar mandi dulu
untuk membersihkan kemaluanku. Tapi malam itu Mas Janus tak memberiku
kesempatan. Langsung menelanjangiku di dalam kamar dan menerkamku di atas
tempat tidur.
Aneh memang, ketika batang kemaluan Mas Janus membenam ke dalam liang ku, aku
merasakan gairahnya begitu hebat. Terlebih setelah batang kemaluannya mulai
mengenjot liang veggyku, oh, kenapa Mas Janus jadi ganas begini? Apakah dia
habis makan obat perangsang atau bagaimana?
Aku pun mulai menikmatinya dengan sepenuh gairah kewanitaanku. Kugoyang
pantatku dengan gerakan meliuk-liuk, membuat nafas Mas Janus semakin
mendengus-dengus. Aku pun terpejam-pejam dalam arus kenikmatan.
Tetapi…ada yang aneh…ya…ini aneh. Bahwa ketika Mas Janus sedang mengenjotku
sambil menelungkup di atas tubuhku, terasa ada yang mengelus-elus betis dan
pahaku.
Aku mencoba memperhatikannya dengan seksama. Apa yang sedang terjadi ini?
Dan alangkah kagetnya aku, setelah menyadari bahwa ternyata memang ada tangan
lain yang sedang mengelus pahaku. Tangan itu adalah tangan Bang Benny! Ya, Bang
Benny sudah berada di atas tempat tidurku dalam keadaan tak berbusana!
Bagaimana ini bisa terjadi? Apakah ini semuanya sudah mereka atur sebelumnya?
“Ba..Bang Be…Benny?!” seruku tertahan.
Benny cuma tersenyum dan tetap mengelus-elus pahaku. Bahkan lalu ia memegang
bahu suamiku sambil berkata dengan senyum, “You istirahat dulu dong…biar aku
yang menggantikanmu…”
Aku tak tahu lagi apa yang harus kulakukan, terlebih ketika kulihat suamiku
malah mengangguk sambil tersenyum dan menarik batang kemaluannya sampai
terlepas dari liang kemaluanku. Dan Benny merayap ke atas tubuhku sambil
mengarahkan batang kemaluannya ke mulut ku.
Kupegang pergelangan tangan suamiku yang duduk di sebelahku sambil menatapnya,
“Mas…”
“Santai aja sayang,” sahut suamiku sambil mengelus pipiku, “Enjoy aja.”
Belakangan aku tahu bahwa ketika aku sedang arisan, Benny datang dan sengaja
disembunyikan di kamar mandi yang bersatu dengan kamarku. Ah…semuanya memang
sudah direncanakan.
Perasaanku jadi bercampur aduk ketika lubang ku mulai dicoblos oleh batang
kemaluan Benny. Salah tingkah, karena suamiku menyaksikan semuanya ini. Maka
sambil menggenggam tangan suamiku erat-erat, kupejamkan mataku…sambil merasakan
nikmatnya zakar Benny yang mulai maju-mundur di dalam jepitan liang
kewanitaanku.
Orang bilang rumput di pekarangan tetangga selalu tampak lebih hijau daripada
di pekarangan sendiri. Kini aku merasakannya. Bahwa ayunasn Benny terasa sekali
membanjiri bathinku dengan kenikmatan. Karena Benny tak hanya menggenjot nya di
dalam ku, tapi juga mengulum-ngulum puting payudaraku, sesekali mengisapnya
kuat-kuat. Sementara tangannya pun tidak diam. Terkadang mengelus anusku,
menimbulkan geli-geli nikmat yang membuatku sering menahan nafas. Aku pun mulai
merengkuh leher Benny dan memeluknya erat-erat, tanpa berani memandang ke arah
suamiku.
Ketika kubuka mataku, kulihat suamiku sedang melangkah ke kamar mandi, mungkin
mau pipis. Saat itulah aku merasa bebas untuk menggoyang pinggulku seedan
mungkin, karena enjotan Benny emang terasa sekali enaknya. Dan ketika ia
mencium bibirku, sengaja kupagut dan kulumat bibirnya dengan penuh gairah.
Biarlah, bukan aku yang merencanakan semuanya ini.
Kelihatannya kelincahanku dalam meliuk-liukkan pinggul justru membuat suamiku
senang. Ia malah berkomentar setelah keluar lagi dari kamar mandi, “Nah begitu
dong, jangan bikin malu aku….biar Benny tau istriku ini jago goyang…hihihihi…”
Aku masih belum mengerti kenapa suamiku bisa seperti itu. Yang jelas, kulihat
dia enjoy-enjoy aja melihatku sedang disetubuhi oleh sahabatnya, enjoy-enjoy
saja melihat pinggulku bergoyang-goyang edan.
Benny pun sama enjoynya. Tanpa peduli kehadiran suamiku, Benny terkadang
mendesakkan batang kemaluannya dalam sekali, sampai menyentuh ujung liang ku.
Ini membuatku merengek nikmat, dengan mata merem melek.
Ketika aku mau merasakan titik puncak orgasmeku, tak terkendalikan lagi aku
merintih-rintih histeris, “Ooohhh…Bang Benny….oooh…aku mau orga Bang….ooooh….”
Tanpa peduli lagi bahwa suamiku sedang menyaksikan semuanya ini.
Susah melukiskan semuanya itu, karena aku sendiri dalam keadaan edan-eling di
puncak orgasme. Yang aku ingat, Benny melanjutkan enjotan nya meski ku sudah
becek. Dan pada suatu saat ia menekankan batang kemaluannya kuat-kuat sambil
mendengus, ooooooo…oohhhh…..lalu terasa liang kemaluanku disemprot-semprot
cairan hangat, pada saat yang sama Benny mendekapku kuat-kuat, lalu
perlahan-lahan terasa batang kemaluannya melemas dan mengecil.
Aku pun memejamkan mata dalam letih dan puas. Tapi beberapa detik kemudian
suamiku menggantikan peran Benny, memasukkan lagi zakarnya yang Masih keras ke
dalam liang kemaluanku yang sudah kebanjiran air mani Benny. Aku tak kuasa
menolak ataupun memberikan saran. Aku hanya terdiam, lalu berusaha memuaskan
nafsu suamiku dengan goyangan pinggul sebisa mungkin. Padahal sekujur tubuhku
masih terasa ngilu-ngilu.
Malam itu memang malam edan. Setelah suamiku ejakulasi, Benny maju lagi. Dia
minta agar aku mengubah posisiku jadi di atas. Lalu terjadilah persetubuhan
yang kedua dengan sahabat suamiku itu.
Tentu saja ronde kedua ini (kedua untuk Benny, ketiga untukku) jauh lebih lama
daripada ronde pertama tadi. Aku sendiri sudah tak tahu lagi berapa kali
mengalami orgasme saat itu. Yang aku tahu, setelah lebih dari sejam kami
bersetubuh, Benny mencabut nya dari ku, kemudian menyemburkan sperma hangatnya
di dalam mulutku.
Setelah Benny terkapar, aku bergegas menuju kamar mandi, untuk berkumur-kumur
dan membersihkan kemaluanku. Lalu kembali ke kamar, tadinya ingin beristirahat.
Tapi rupanya persetubuhanku yang kedua dengan Benny tadi menyebabkan libido
suamiku berkobar lagi!
Terpaksalah kuladeni lagi suamiku, karena merasa kasihan kalau nafsunya tidak
kupuasi. Tapi, oh my God….selesai suamiku menyetubuhiku, Benny ingin meku lagi
untuk yang ketiga kalinya!
Mungkin di situlah letak keistimewaan main threesome seperti yang pernah
diungkapkan oleh suamiku. Aku sudah membuktikannya. Suamiku biasanya hanya
menyetubuhiku 2 atau 3 hari sekali. Tapi malam itu, ia mampu menyetubuhiku 3
kali! Berati aku mengalami hubungan sex 6 kali di malam edan itu!
ESOKNYA, sepulang dari kantornya, suamiku menghampiriku yang sedang rebahan di
kamar. “Bagaimana kesannya tadi malam, sayang?”
“Lemes….tubuhku serasa dilolosi….” sahutku sambil tersenyum canggung.
Suamiku memelukku dan berbisik, “Tapi kamu puas kan?”
“Lebih dari puas,” sahutku sambil mencubit lengan suamiku, “Mas sendiri sampai
bisa tiga kali ya.”
Suamiku mengangguk, “Itulah kelebihan threesome.”
“Emang Mas gak cemburu waktu Benny sedang menyetubuhiku?” tanyaku dengan
pandangan penuh selidik.
“Tentu aja cemburu,” sahut suamiku dengan senyum, “Tapi di balik rasa cemburu,
nafsuku jadi berkobar dengan hebatnya ketika melihatmu sedang disetubuhi oleh
Benny. Padahal belakangan ini aku tak pernah lagi menidurimu lebih dari sekali
dalam semalam kan? Tapi tadi malam….”
“…Sampai tiga kali!” tukasku.
Suamiku mengangguk sambil tersenyum menggoda.
“Tapi…pada satu saat, mungkin Benny akan ngajak Mas untuk mengeroyok Yayuk juga
kan?”
Suamiku tercenung sesaat. Lalu katanya, “Mungkin saja. Tapi aku pasti minta
izin dulu padamu. Gakpapa kan?”
Meski berat terpaksa kujawab, “Gakpapa…biar adil….tapi Mas…ada masalah lain
yang selama ini jadi pikiranku…”
“Soal apa?”
“Si Troy itu…bagaimana kalau dia ketagihan?”
“Ajak aja ke sini. Biar aku bisa nonton diam-diam.”
“Dia gak mau Mas. Takut sama Mas. Kan aku belum bilang kalau semua yang telah
terjadi itu keinginan Mas sendiri.”
“Memang sebaiknya jangan bilang dulu. Nanti disangkanya aku sudah gila. Padahal
aku cuma ingin kreatif aja.”
“Jujur aja, tadi pagi dia nelepon. Dia bilang ketagihan….”
“Tentu aja ketagihan. Cowok mana yang tidak ketagihan setelah merasakan enaknya
mu. Hehehe….”
“Mm…kalau…kalau…ah gak deh…”
“Lho, ngomong kok gak diterusin?!”
“Takut Mas marah.”
“Gak. Aku janji gak marah. Ada apa?”
“Kalau dia ngajak ketemuan di satu tempat gimana? Kabulkan jangan?”
“Dia kost di luar kota, dekat kampusnya. Di rumah kost itu banyak orang. Gak
mungkin bisa ketemuan di sana.”
“Kalau…kalau…kalau di hotel?”
“Boleh aja. Yang penting kamu harus laporan sama aku nanti.”
“Bener nih Mas?”
“Bener,” suamiku mengangguk, sebaiknya sih di sini. Kan bisa kuatur, misalnya
pura-pura aku gak di rumah.”
“Lalu diam-diam Mas ketemuan sama Yayuk lagi?”
“Nggak sayang. Intinya bukan itu. Aku merelakanmu digauli orang lain bukan
karena ingin selingkuh dengan wanita lain. Yang penting bagiku, bisa
menyaksikan waktu kamu digauli orang lain itu. Hal itu akan membuatku cemburu,
lalu bangkit nafsuku…seperti tadi malam itu…”
“Yang tadi malam itu swinger juga
Mas?”
“Bukan, yang tadi malam namanya threesome MMF. Kalau swinger ya waktu di Puncak
itu.”
“MMF? Maksudnya?”
“MMF itu male-male-female. Kalau FFM female-female-male.”
“Berarti bisa juga perempuannya dua orang, lelakinya seorang?”
“Iya. Tapi pada dasarnya fisik wanita lebih siap untuk menghadapi pria lebih
dari seorang. Lelaki kan harus ereksi. Kalau menghadapi wanita lebih dari
seorang, pasti dia tak bisa memuaskan wanita-wanita itu. Hanya buat gaya-gayaan
doang. Kalau wanita kan bisa melayani pria walaupun sambil tidur. Pria tidak
bisa begitu. Penisnya harus ereksi dulu sebelum melakukan kontak seksual.”
“Berarti wanita lebih tangguh daripada lelaki dong Mas.”
“Iyalah, aku harus jujur mengakui hal itu.” suamiku mengangguk, “Perempuan kan
tinggal telanjang dan telentang, mau diantri sama sepuluh lelaki juga bisa.
Tapi lelaki? Kalau sudah ejakulasi ya terkulai, letih lesu…dikasih bidadari
juga belum tentu mampu bangkit lagi…hehehe…”
Aku cuma tersenyum mendengar ucapan suamiku itu. Semacam pengakuan lelaki.
Bahwa sebenarnya perempuan ditakdirkan lebih tangguh daripada pria secara
fisik. Lelaki kalau dikasih 10 orang cewek dalam semalam, pasti takkan
ternikmati semua. Tapi wanita? Diantri sama 10 orang lelaki juga bisa. Tapi
poliandri tetap merupakan hal yang janggal di dunia ini, sementara poligami
banyak terjadi di mana-mana.
“Kapan mau swinger lagi?” tanya suamiku tiba-tiba.
“Sama Benny dan Yayuk?” aku balik bertanya.
“Nggak harus dengan mereka. Masih banyak alternatif.”
“Hah? Gak salah tuh?” aku melotot, “Rencana apa lagi yang sudah tersimpan di
hati Mas?”
“Masih kupikirkan,” sahut suamiku datar, “Soalnya kita harus yakin teman
swinger kita bersih, jangan sampai menularkan penyakit.”
Aku tidak berani menanggapi. Lalu kata suamiku, “Kalau dengan Benny dan Yayuk
terus, kita bisa jenuh juga.”
“Ih…emang Mas punya rencana sama siapa lagi?”
“Sudah ada dua pasang yang mau swinger sama kita. Tapi aku harus memikirkannya
dulu.”
“Tapi Mas…apa hubungan kita nanti gak rusak?” tanyaku sangsi.
“Nggak sayang,” Mas Janus memelukku lembut, “Yang penting jangan terlalu
sering. Obat juga kalau over dosis bisa berdampak negatif.”
Aku cuma mendengarkan. Da kata Mas Janus lagi, “Sekali kita swinger, kesannya
akan melekat dalam waktu tertentu. Bisa sebulan, bisa dua bulan dan seterusnya.
Tergantung dari kesan yang kita dapatkan pada waktu swinger itu.”
Aku tetap tak mau menanggapi, takut salah ngomong.
Kata suamiku lagi, “Sebenarnya sekarang ada beberapa perkumpulan swinger,
tersebar di kota-kota besar. Tentu saja aktivitas mereka gak terlalu terbuka.
Semuanya dilakukan secara rapi. Seolah-olah kumpulan arisan keluarga biasa.”
“Masa sih?” aku tercengang, “terus bagaimana cara aktivitas mereka?”
“Biasanya mereka bergerak tidak terlalu banyak, supaya tidak menraik perhatian.
Misalnya satu hari mereka berkumpul di sebuah villa besar di luar kota. Mungkin
yang hadir hanya enam atau tujuh pasang. Lalu di villa itu mereka tukar
pasangan, bisa dengan cara mengundi atau atas kesepakatan semua pihak.”
“Ih…kalau yang begitu jangan mau Mas. Lama-lama bisa over dosis seperti kata
Mas tadi.”
Suamiku hanya tersenyum datar. Entah apa yang sedang berada di alam pikirannya.
Kami sama-sama terdiam, hanyut dalam terawangan masing-masing.
Hari berganti hari tiada peristiwa yang penting, sampai pada suatu hari,
terjadilah peristiwa yang tak kuduga sebelumnya. Berawal dari kontak telepon
dengan adik iparku:
“HALLO…Lagi ngapain Troy?”
“Lagi nyantai aja. Apa kabar Mbak?”
“Baek. Kamu bener-bener kangen sama aku?”
“Kangen sekali. Gimana ya…mm..aku ketagihan Mbak…tapi takut ketahuan sama Mas
Janus.”
“Ah, nggak apa-apa kok. Aku jamin abangmu nggak apa-apa.”
“Nggak apa-apa gimana?”
“Nanti deh aku cerita. Tapi kalau kamu mau dan ingin bebas, kan bisa ketemuan
di hotel.”
“Ih, takut Mbak. Sekarang sering ada razia di hotel-hotel. Kalau sampai kena
razia bisa heboh nanti. Mmm…kalau Mbak mau, aku ada usul…”
“Apaan tuh?”
“Aku punya temen, Piet namanya. Lengkapnya sih Pieter, tapi biasa dipanggil
Piet aja.”
“Terus?”
“Rumahnya kosong, cuma dia sendiri di rumah itu. Orang tuanya di Amerika.”
“Terus?”
“Ya kita ketemuannya di rumah dia aja. Gimana?”
“Lho, kalau dia tau gimana?”
“Gakpapa Mbak. Orangnya fair kok.”
“Terus?”
“Jujur, aku sudah bilang kapan-kapan mau numpang pake salah satu kamar di rumah
dia. Ya tadinya sih kalau Mbak gak keberatan, mau kuajak ketemuan di rumah dia
itu Mbak.”
“Kalau dia tau kan malu, sayang.”
“Di dalam kamar tertutup, masa dia tau apa yang kita lakukan?”
Aku tercenung sesaat. Lalu terdengar lagi suara Troy di hpku, “Kita ketemuan
aja dulu di sana. Nanti Mbak pertimbangkan di sana. Kalau Mbak gak sreg ya cari
alternatif lain.”
“Tapi kamu jangan bilang aku ini istri abangmu. Gak enak.”
“Beres Mbak. Terus kapan kita ketemuan di sana?”
“Terserah kamu. Tapi harus di jam kerja.”
“Mmm…Senin pagi aja ya.”
“Senin lusa? Oke aku setuju. Soalnya tiap hari Senin abangmu suka pulang telat,
kadang-kadang sampai malam. Rumah temanmu itu di mana?”
Troy menyebutkan suatu alamat rumah.
Kataku. “Kita langsung ketemuan di sana aja ya Troy. Jangan keliatan bareng
perginya.”
“Baik, jam sembilan aku sudah stand by di rumah Piet. Mbak mau pake apa ke
sananya?”
“Ya pake taksi aja.”
“Sip deh! Sampai ketemu di sana nanti ya Mbak.”
“Oke. Take care Troy.”
Setelah hubungan telepon terputus aku tercenung. Memang harus kuakui, Troy
membuatku kangen terus. Maklum dia masih begitu muda, 19 tahun juga belum.
Tentu sangat beda dengan suamiku yang sudah 30 tahun. Aku sudah membayangkan
betapa nikmatnya dalam gasakan dan keperkasaan Troy nanti.
Rasanya lama sekali menunggu hari Senin tiba. Dua hari yang kunantikan serasa
menunggu dua bulan lamanya. Aku resah sekali rasanya. Tapi kusembunyikan
keresahanku ini, jangan sampai diketahui oleh suamiku.
Senin yang dinantikan tiba juga. Jam 7 suamiku sudah berangkat kerja. Setelah
bunyi mesin mobilnya hilang dari pendengaran, bergegas aku menuju kamar mandi.
Membersihkan tubuhku sebersih-bersihnya. Tak cukup dengan itu. Selesai mandi
kusemprot-semprotkan parfum ke setiap sela yang mungkin tersentuh oleh Troy nanti.
Aku ingin menimbulkan kesan seindah mungkin di batin adik iparku itu.
Kukenakan celana jeans dengan t-shirt biru tua yang agak ketat. Tak lama
kemudian aku sudah berada di dalam taksi yang sedang menuju alamat rumah teman
Troy yang bernama Piet itu.
Rumah yang kutuju itu beberapa kilometer di luar kota. Aku agak tertegun
melihat kemegahan rumah dengan pekarangan yang sangat luas itu. Pasti orang tua
Piet bukan orang kebanyakan. Mungkin seorang pejabat tinggi atau pelaku bisnis
papan atas. Hal itu membuatku ragu. Tapi begitu taksi berhenti di depan pintu
pagar rumah megah itu, Troy datang menjemputku. Dengan sopan ia membukakan
pintu taksi waktu aku mau turun.
“Temenmu mana?” tanyaku dengan perasaan tak menentu waktu berjalan menuju pintu
depan rumah megah itu.
“Lagi keluar dulu,” sahut Troy sambil menggenggam pergelangan tanganku, “Santai
aja Mbak. Di sini aku merasa seperti di rumah sendiri.”
“Kita langsung aja ke kamar yang sudah disediakan di atas yok,” ajak Troy
sambil menunjuk ke tangga yang menuju lantai dua. Aku menurut saja, meski
terasa sikapku serba canggung.
Di dalam salah satu kamar lantai atas, aku mulai merasa tenang. Terlebih
setelah Troy menutupkan pintunya.
Pandanganku tertumbuk ke sebuah foto besar berbingkai silver. Foto seorang anak
muda di atas sebuah motor Harley Davidson. Tampan sekali anak muda itu. Aku
menduganya seorang artis yang belum kuketahui namanya. Tapi Troy menunjuk foto
itu sambil menerangkan, “Itulah Piet. Ganteng ya Mbak.”
Aku cuma mengangguk cuek, padahal hatiku berkata, “Ganteng dan sexy sekali
temanmu itu….”
Kamar itu ada kamar mandinya. Maka bisikku, “Aku mau pipis dulu ya.”
Troy mengangguk sambil tersenyum. Aku pun masuk ke dalam kamar mandi itu. Bukan
cuma mau pipis, tapi sekalian ingin mencuci ku sebersih mungkin. Karena aku
yakin ku akan dijilati oleh Troy nanti, jangan sampai ada bau yang kurang
sedap, meski sudah disemprot parfum di rumah tadi.
Celana jeans dan BH kugantungkan di kamar mandi. Keluar dari kamar mandi dengan
hanya mengenakan CD dan t-shirt. Rupanya Troy juga sudah melepaskan celana
jeansnya, sama seperti aku, tinggal mengenakan t-shirt dan CD.
Senyum Troy tampak menggoda waktu aku menghampirinya. Lalu memelukku dengan
hangat. Dan menciumi pipi serta leherku, lalu melumat bibirku dengan hangat dan
membangkitkan gairahku.
Supaya Troy lebih leluasa menikmati kemulusan tubuhku, kulepaskan t-shirtku,
sehingga payudaraku yang masih terawat kencang ini tak tertutup apa-apa lagi.
Troy pun menanggalkan t-shirtnya. Lalu memelukku dengan hangat dan meraihku ke
atas tempat tidur. Aku pun mulai menggelinjang nikmat ketika Troy mulai
menjilati puting payudaraku. Tak hanya itu, lidahnya mulai menjilati pusar
perutku dan turun terus, sampai akhirnya kemaluanku mulai dijilatinya dengan
penuh semangat. Aku pun mulai menggeliat-geliat dalam arus kenikmatan, sambil
merengek lirih,“Troy…oooh…ini enak sekali sayang…kamu be…belajar dari siapa
sih…kok pintar amat kamu main emut begini…?”
“Belajar dari film bokep,” sahut Troy sambil menghentikan jilatannya sesaat,
lalu menyedot-nyedot kelentitku membuatku mendesah-desah lagi dalam nikmat.
“Udah Troy…masukin aja….cepet…aku pengen melepas kangenku sama tititmu yang
gagah itu…” pintaku sambil menarik bahu Troy agar naik ke atas tubuhku.
Troy mengikuti ajakanku. Ia mulai mengarahkan batang kemaluannya ke mulut ku.
Aku pun membantunya, merenggangkan pahaku sambil memegang batang kemaluan Troy
dan menekankan puncaknya pas di mulut veggyku. Lalu aku mengedipkan mata,
sebagai tanda agar ia mulai mendorong…dan…aaah…batang kemaluan Troy mulai
melesak dengan mantapnya ke dalam liang kemaluanku!
Tapi setelah mulai menggeser-geserkan zakarnya maju mundur dalam liang
kenikmatanku, ia berkata terengah, “Mbak jangan marah ya…sebenarnya Piet ada di
rumah ini. Dia ingin nonton kita Mbak…”
“Apa?” aku kaget, tatapanku tertuju ke foto besar yang terpampang di dinding
itu. Foto anak muda yang tampan itu, “terus kalau dia ngiler nanti gimana? Kamu
kok ada-ada aja.”
Nada ucapanku seperti protes. Tapi diam-diam aku teringat pada peristiwa main
bertiga dengan Benny. Apakah pagi ini akan terjadi kisah yang mirip itu?
“Dia orang sopan Mbak. Dia hanya ingin nonton. Tapi…kalau dia gak tahan dan
ingin ikutan, mainin aja nya sama tangan Mbak…itu juga kalau Mbak gak
keberatan. Pokoknya aku jamin tidak akan ada pemaksaan, Mbak.” Troy mulai
mengenjot nya dengan gerakan syur, yang membuatku mulai terpejam-pejam.
“Nggak tau ah…” sahutku pura-pura tidak suka. Tapi diam-diam khayalanku mulai
melambung…membayangkan sesuatu yang luar biasa indahnya.
“Dia menunggu izin Mbak untuk masuk ke kamar ini. Izinkan jangan?” tanya Troy
sambil menghentikan gerakannya sejenak.
“Terserah kamu aja lah,” sahutku dingin. Padahal diam-diam aku ingin melihat
apakah Piet itu setampan wajah di foto itu?
Tanpa menghentikan genjotan nya, Troy berseru, “Piet! Come on…!”
Aku rada degdegan juga ketika kudengar pintu dibuka. Soalnya aku dalam keadaan
begini, keadaan telanjang bulat dan sedang disetubuhi oleh adik iparku.
Lalu tampak seorang anak muda tinggi semampai dengan wajah, Oh my God…! Tampan
sekali cowok bernama Piet itu. Tubuhnya pun tinggi sekali, mungkin ada 190 cm
tingginya. Dan senyumnya itu, oh…jangan-jangan aku bisa jatuh hati nanti…!
“Kenalan dulu dong,” Troy menghentikan entotannya sejenak, sambil menoleh ke
arah Piet.
Aku yang sedang terlentang ini sempat juga berjabatan tangan dengan Piet. Ini
adalah jabatan tangan yang paling canggung dalam hidupku. Karena aku sedang
bertelanjang bulat, sedang dientot pula oleh Troy. Tapi di balik itu semua, aku
benar-benar kagum melihat tampang dan sikap Piet. Jujur, aku belum pernah
melihat cowok setampan Piet. Dengan melihat senyumnya saja hatiku sudah
tergetar hebat. Dan waktu tangannya menjabat tanganku sambil menyebutkan
namanya, terasa ada aliran hangat yang membuatku luluh. Oh, andaikan Piet meminta
untuk menyetubuhiku, aku mau dan rela lahir bathin!
“Ayo lanjutkan Troy,” kata Piet sambil duduk di samping kananku, “Ini
pertunjukan dahsyat….aku suka sekali.”
Troy pun melanjutkan permainan surgawi ini. Dengan mantap batang kemaluannya
menggenjot liang kewanitaanku lagi. Sementara Piet seperti asyik sekali
memperhatikan semuanya ini.
“Ahhh…ini merangsang sekali, jauh lebih edan daripada nonton bokep,” cetus Piet
sambil menekan-nekan bawah perutnya.
Aku merasa kasihan juga. Meski sedang menikmati asyiknya enjotan Troy,
kugenggam pergelangan tangan Piet dengan hangat. Piet senang kelihatannya
dengan genggamanku.
“Ih, aku jadi ngaceng, Mbak….” katanya malu-malu.
“Masa…?” sahutku terengah, karena entotan Troy terasa makin gencar. Dan
penasaran juga, sengaceng apa cowok tampan itu. Lalu kujulurkan tanganku,
hinggap di bawah perut Piet yang masih berpakaian lengkap itu. Kutarik
ritsleting celana jeansnya, agak susah dan Piet membantuku menarik ritsleting
celananya. Lalu tanganku menyelinap ke balik celana dalamnya. O, my God! Apa
aku gak salah pegang? Aku menyentuh sesuatu yang besar sekali, mungkin sama
dengan pergelangan tanganku! Bahkan mungkin lebih besar lagi, sudah keras dan
hangat pula!
Aku terkesiap. Mungkinkah ada sebesar itu?
Ketika kutatap wajah cowok abg itu, dia cuma tersenyum malu-malu, karena aku
sedang berusaha menggenggam nya yang masih tersembunyi di balik celananya. Dan
aku tak berhasil menggenggam sepenuhnya, saking besarnya batang kemaluan anak
muda itu. Lalu kutarik-tarik celana jeansnya, sebagai pertanda agar ia
melepaskan celananya.
Sambil tersenyum cowok rupawan itu menurunkan celana jeans dan CDnya. Wow! Aku
benar-benar kaget melihat panjang dan besarnya batang kemaluan anak muda itu!
Besar sekali! Panjang sekali! Apakah aku tak salah lihat?!
Perhatianku yang tertumpah ke alat kelamin Piet, membuatku kurang konsentrasi
pada yang sedang Troy lakukan di atas tubuhku.
Aku menggapaikan tanganku. Anak muda bernama Piet itu mengerti dan segera
mengangsurkan nya ke dekat tanganku. Darahku tersirap-sirap waktu memegang
batang kemaluan yang sudah tegang itu. Benar-benar tidak tergenggam oleh
tanganku! Diameternya hampir sama dengan diameter gelas! Dan panjangnya…aku
yakin takkan kurang dari 25 cm! Aku tak pernah membayangkan akan ada batang kemaluan
segede dan sepanjang ini.
Aku mulai mengelus bagian kepala dan leher zakar Piet, sementara Troy tetap
gencar meku. Tapi ia masih sempat membisiki telingaku, “Dia belum pernah
bersetubuh dengan perempuan, Mbak.”
“Masa sih?” tanyaku heran, sementara tangan kananku mulai berusaha meremas
zakar Piet dengan lembut…dengan nafsu yang menjadi-jadi.
“Betul,” sahut Troy tanpa menghentikan entotannya, “Dia anak pingitan Mbak.”
yth :pemilik blog
BalasHapusizin bagi-bagi info agan
kontrak 100 hari
Modal 10usd - 99usd untung 1,5% perhari
modal 100usd - 4,999usd untung 2% perhari
modal 5,000usd - 20,000usd untung 2,5% perhari
bonus 11,5% jika anda mengajak orang lain untuk bergabung dengan tingkatan level yang telah ditentukan.
my info 082166643133
Referensi Pendaftaran
Referensi Blog
Aplikasi Paling Keren